Reuni dan Evolusi



    Tiga tahun berlalu sejak Gue lulus SMP. Bagi Gue masa SMP merupakan masa yang spesial, kenapa? Karena dimasa ini Gue nemuin yang namanya cinta monyet, temen yang solid, awal tumbuhnya jati diri, dan masih banyak lagi. Gue beruntung dapet temen satu kelas yang bisa dibilang kompak, terbukti kami masih berhubungan satu sama lain hingga saat ini.

   Beberapa hari sebelum lebaran, Gue dapat kabar duka dari salah satu teman yang bernama Abdul. Bapanya baru meninggal dunia. Jujur gua kaget dan ngga nyangka aja, bingung juga harus gimana, mau dateng ngga bisa karena momentnya mau lebaran dan lagi pandemi, mau nanya-nanya ngga enak takutnya malah ganggu. Alhasil Gue dan 5 teman Gue yang lain cuma bisa mendoakan. Ngga lama salah satu temen Gue yang dapet kabar juga langsung ngabarin ke grup kelas.

    Singkat cerita, Gue ngajak temen-temen SMP untuk nengokin Si Abdul ini, banyak yang sepakat dan mau ikut awalnya. Tapi ya normalnya sebuah acara reuni, saat di grup rame tapi yang datang sedikit. Dihari yang sudah ditentukan kami pun berkumpul dan berangkat ke kediaman Abdul. Sampai disana ngobrol-ngobrol sedikit, menanyakan perihal bapak, menanyakan kabar keluarganya, menyemangati dan menghibur juga. Malamnya selepas maghrib kami diminta untuk ikut tahlilan, berhubung yang tahlilannya laki-laki jadi temen-temen yang perempuan pergi dulu suatu tempat, mumpung lagi kumpul, jadi sekalian aja kita reuni.

    Walaupun cuma sepuluh orang atau kurang dari 1/4 murid di kelas 9 pada waktu itu, nyatanya pertemuan ini cukup asik buat Gue pribadi. Pertemuan ini juga yang bikin Gue percaya sama teori evolusi manusia, tapi bukan dengan evolusi bentuk tubuh, melainkan pada sifat mereka masing-masing.

    Meski ini hal normal yang terjadi pada manusia, mengingat mereka semua telah mengalami fase pubertas dan hampir sempurna dalam membentuk jati diri.  Hal ini cukup menarik buat Gue amati. Karena pada tahun sebelumnya banyak banget yang ikut reuni dan bikin Gue pusing akan evolusi mereka semua, tahun ini pada sepuluh orang ini, Gue manfaatin untuk sedikit memperhatikan evolusi mereka.

    Ini adalah sudut pandang Gue pribadi, kebanyakan dari mereka ngga banyak berubah, ngga seperti hal yang Gue liat di sosial media mereka masing-masing. Sifat SMP mereka masih ada yang bikin suasana gampang cair meski udah lama nggak ketemu. Masih ada yang konyol, lugu, nggak tau malu, berisik, bawel, pendiem, sok tau, caper, dll.

    Evolusi yang paling terlihat pada mereka adalah lebih terlihat dewasa dan percaya diri akan pribadinya. Mungkin karena momentnya juga bertepatan dengan baru lulus sekolah menengah atas. Melihat cara pandang mereka atas masa depan yang hanya sejengkal di atas mata kepala, dicampuri kekonyolan sifat bocah ala anak SMP yang masih tertanam membuat Gue tertawa kecil sendirian.

    Pada moment itu juga Gue sadar kalo perpisahan akan membawa kita menuju kedewasaan, yang kelak dipertemukan lagi di acara reuni. Nyatanya setelah tiga tahun berpisah dan pada saat moment perpisahan dulu seolah seolah olah kami ngga mau pisah, udah terlanjur nyaman katanya, kita masih bisa mengulang sedikit adegan konyol di masa itu. Justru perpisahan membuat kita semakin dewasa dan ketika bertemu, banyak sekali hal yang bisa didiskusikan

   Gue percaya kalo perpisahan adalah awal dari evolusi kita. Baik buruknya, itu yang bakal saling kita pamerin di waktu reuni. Setelah hari ini, Gue ngga sabar nunggu kita reuni lagi. Entah kejutan apa lagi yang akan kalian persembahkan buat Gue nantinya.

See you friends, all this time you guys are still good people. Semoga di reuni yang akan datang akan ada ' Let me introduce my new better self'


Bye!



Follow me in instagram @airlangga.15_




Posting Komentar

0 Komentar