Seni dalam Hidup adalah Mencintai

    Kata Erich Fromm, Cinta adalah Seni. Kata Raditya Dika, jika kita hidup dari apa yang kita cintai maka kita akan mencintai hidup kita.

    Dua buah opini yang bergelut di otak saya hingga muncul kesimpulan bahwa seni dalam hidup adalah mencintai. Mencintai adalah menaruh kasih sayang kepada seseorang atau sesuatu. Contoh : dia mencintai adik saya.

    Tetap mencintai untuk terus hidup atau tetap hidup untuk terus mencintai? Ungkapkan pendapatmu sehingga kamu dapat mengetahui bagaimana senimu hidup dalam mencintai. Lalu mulai langkah kecil dengan mencintai beberapa hal di sekitarmu.

    Kawanku bilang, belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Saya berpikir jika terlampau sering belajar mencintai diri sendiri maka kapan akan mencintai orang lain? Sedangkan tubuh seorang manusia tak selamanya benar, pasti ada salahnya dan jika sudah salah timbulah benci atau tidak suka, lalu, kapan dapat mencintai diri sendiri dan kapan akan mencintai hal lain?. Bukankah cinta itu universal dan seharusnya dibagi? Bukan kau kekang sendiri. Belajarlah bersama demi pengetahuan yang lebih luas agar mata hati dan pikiran terbuka lebar.

    Katanya masa lalu yang membuatnya enggan membuka lembar baru. Masa lalu adalah sejarah dan sejarah adalah ilmu untuk dipelajari bukan ditakuti. Nyatanya patah hati memang dapat membuat ego menjadi tinggi. Mengekang diri lalu mati tanpa sempat mencintai. Itulah resiko cinta, dapat menjadi manis juga dapat menjadi racun. Dan inilah yang disebut 'Seni dalam hidup adalah mencintai'.

    Mengapa demikian? Jika ada orang yang mati karena patah hati akibat mencintai, itu tandanya dia tidak membagi cintanya untuk hidup melainkan menanamkan cintanya hanya pada seseorang tersebut. Yang berarti cintanya habis dan tak dapat melanjutkan hidupnya, itulah seni dalam hidup adalah mencintai.

   Lalu yang lebih lucu adalah ketika putus cinta lalu jadi sama-sama membenci. Diam-diam mencintai tapi tetap saling menyakiti. Saya bingung dengan mereka yang harusnya menjadi sepasang. Masih terpaku masa lalu hingga membuat tangan enggan bergandengan. Parahnya lagi hati yang sama-sama kaku dan mulut yang sama-sama bisu untuk mengucap aku menyayangimu. Kau dan dia adalah kertas yang sama-sama robek dan tak bisa dibenahi, namun kertas itu dapat didaur ulang kembali bukan?

   Kebebasan mencintai merupakan rahmat. Beruntunglah kalian yang mencintai banyak hal, mengagumi apa pun, serta berusaha mendapatkan kebahagiaan dari cinta.

   Selagi cinta itu gratis, berapa banyak yang mau kalian ambil dan tebar?



See you..... 


Follow me in instagram @airlangga.15_




Posting Komentar

1 Komentar